DONASIONLINE.ID - Fanatisme dan loyalitas yang kuat itu beda tipis. Jika sudah masuk ke dalam level yang lebih ekstrim hal tersebut tentu tidak baik. Artikel ini akan membahas dampak buruk fanatisme akan sesuatu yang bisa menghancurkan kehidupan. Simak penjelasannya.
Ada 5 alasan yang mengharuskan kamu aware jika kamu menyukai sesuatu dengan berlebihan, jangan tunggu semuanya memburuk. Berikut ini 5 alasan mengapa fanatisme bisa berdampak buruk untuk hidupmu:
Kehilangan Perspektif
Fanatisme membuat seseorang kehilangan kemampuan untuk melihat sesuatu dari sudut pandang yang berbeda. Hal ini menyebabkan pandangan yang sempit dan membuat seseorang hanya memandang benar atau salah dari satu sudut pandang saja. Dalam Al-Qur'an Surah Al-Isra ayat 36, Allah mengingatkan kita untuk berpikir secara bijaksana dan terbuka:
وَلَا تَقۡفُ مَا لَـيۡسَ لَـكَ بِهٖ عِلۡمٌ ؕ
Artinya: “Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya."
Mengikuti sesuatu secara buta tanpa ilmu dapat menjerumuskan seseorang ke dalam kesalahan besar, yang bisa berdampak pada kehancuran hubungan, pekerjaan, dan bahkan kehidupan sosial.
Karena hal tersebut, menyebabkan seseorang yang fanatik jadi menutup mata akan fakta yang ada. Biasanya seseorang yang fanatik hanya akan menganggap benar apa yang sesuai dengan keyakinan mereka. Sementara informasi yang berbeda akan ditolak mentah-mentah. Padahal, dengan bersikap terbuka terhadap berbagai perspektif, kita bisa memperoleh pemahaman yang lebih luas dan objektif tentang suatu masalah.
Memicu Konflik dengan Orang Lain
Fanatisme terhadap suatu hal, seperti agama, politik, atau hobi, dapat memicu konflik dengan orang lain. Ketika seseorang menunjukkan fanatisme, mereka cenderung menganggap bahwa pendapat mereka adalah yang paling benar, yang dapat menyebabkan pertikaian dan permusuhan dengan orang-orang yang memiliki pandangan berbeda. Sikap ini tidak hanya merusak hubungan pribadi, tetapi juga mengganggu keharmonisan dalam komunitas yang lebih besar.
Kehilangan Jati Diri
Fanatisme sering kali membuat seseorang kehilangan identitas diri. Mereka menjadi terlalu terfokus pada satu hal sehingga melupakan aspek-aspek lain dari kehidupan yang seharusnya juga dianggap penting. Akibatnya, mereka dapat kehilangan keseimbangan dalam hidup. Misalnya, seseorang yang fanatik terhadap pekerjaannya bisa mengabaikan keluarga, kesehatan, atau hubungan sosial.
Oleh karena itu, penting untuk menjaga keseimbangan dalam hidup agar kita dapat berkembang secara pribadi tanpa terikat pada satu hal saja.
Menghancurkan Kreativitas dan Inovasi
Fanatisme dapat menghalangi seseorang untuk berpikir secara kreatif dan inovatif. Ketika seseorang terlalu terfokus pada satu ide atau prinsip, mereka menjadi tidak terbuka terhadap gagasan baru. Sikap semacam ini dapat menghambat perkembangan diri dan menyebabkan kemunduran. Dalam jangka panjang, fanatisme seperti ini dapat merusak potensi seseorang untuk berkembang, baik secara profesional maupun pribadi.
Fanatisme terhadap sesuatu dapat menghambat pertumbuhan pribadi karena kita menjadi tidak terbuka terhadap ide-ide baru dan pengalaman yang berbeda. Padahal, dengan terus belajar dan beradaptasi, kita dapat menjadi pribadi yang lebih baik dan lebih bijaksana.
BACA JUGA: Bahaya Narsistik: Pengertian, Ciri dan Penyebabnya
Mengganggu Kesehatan Mental
Fanatisme juga dapat berpengaruh negatif terhadap kesehatan mental individu. Tekanan untuk mempertahankan pandangan atau keyakinan yang ekstrim dapat menyebabkan stres, kecemasan, dan depresi. Seseorang yang terlalu fanatik cenderung hidup dalam keadaan ketegangan yang terus-menerus, merasa terancam oleh sudut pandang yang berbeda. Hidup dalam kondisi seperti ini jelas tidak sehat dan dapat berdampak buruk pada kesejahteraan mental seseorang.
Fanatisme terhadap sesuatu, meskipun kadang terlihat sebagai bentuk loyalitas, sebenarnya dapat menjadi berbahaya jika tidak terkelola dengan baik. Fanatisme bukanlah jalan untuk mencapai kehidupan yang berkualitas. Dengan mempertahankan keseimbangan dan memiliki pola pikir yang terbuka, kita dapat menjalani hidup yang lebih bahagia dan bermakna.
Wallahu A’lam.
Penulis: Novi Yuliani
Editor: Salma Andini