DONASIONLINE.ID - Selalu ada tantangan bagi orang tua dalam mendidik anak seperti menentukan batasan antara disiplin dan kebebasan. Pola asuh setiap orang berbeda ada yang membebaskan anaknya asal masih dalam koridor namun ada juga orang tua yang ketat dalam mendidik atau dikenal sebagai strict parents. Artikel ini akan membahas dampak strict parents pada remaja yang wajib diketahui setiap orang tua. Yuk simak penjelasannya.
Apa itu Strict Parents
Diana Baumrind, seorang psikolog terkenal dalam bidang pengembangan anak, mendefinisikan gaya pengasuhan orang tua yang ketat (strict parenting) sebagai pendekatan yang menekankan disiplin dan kontrol yang tinggi. Dalam kerangka teorinya, orang tua yang ketat biasanya menunjukkan perilaku berikut:
Aturan yang Ketat: Orang tua ini menetapkan banyak aturan dan ekspektasi yang harus dipatuhi oleh anak.
Kontrol yang Tinggi: Mereka cenderung mengawasi dan mengontrol aktivitas anak-anak mereka secara ketat.
Responsif yang Rendah: Meskipun mereka mungkin sangat menuntut, orang tua ketat seringkali kurang memberikan dukungan emosional atau keterlibatan positif.
Baumrind membedakan antara beberapa gaya pengasuhan, termasuk otoriter (yang sangat ketat), permisif, dan otoritatif (yang lebih seimbang antara kontrol dan responsif). Orang tua otoriter cenderung kurang menghargai otonomi anak dan lebih fokus pada kepatuhan.
Orang tua yang menerapkan gaya ini biasanya memiliki harapan yang tinggi dan menetapkan aturan yang kaku. Meskipun niat mereka mungkin baik, hasilnya sering kali berlawanan. Penelitian menunjukkan bahwa remaja yang dibesarkan dalam lingkungan ini cenderung mengalami masalah emosional seperti kecemasan dan depresi.
Dampak Strict Parents pada Remaja
Pola asuh strict parents sering kali berdasar pada niat baik, yakni melindungi anak dari pengaruh buruk serta memastikan mereka fokus pada masa depan. Namun, ada beberapa dampak yang perlu diperhatikan.
Kehilangan Rasa Percaya Diri
Strict parents itu identik dengan caranya yang mengekang anak, dengan begitu remaja bisa kehilangan rasa percaya diri. Mereka merasa selalu diawasi dan tidak diberikan kebebasan untuk membuat keputusan sendiri. Hal ini dapat menghambat perkembangan kemandirian mereka, membuat mereka bergantung pada orang tua dalam mengambil keputusan.
Munculnya Pemberontakan
Remaja yang merasa tertekan oleh aturan yang terlalu ketat sering kali merespons dengan pemberontakan. Mereka mungkin akan melanggar aturan sebagai bentuk protes atau untuk mencari kebebasan yang tidak mereka dapatkan di rumah. Akibatnya, hubungan antara orang tua dan anak bisa semakin renggang.
Gangguan Mental
Tekanan dari orang tua yang strict dapat menyebabkan gangguan mental seperti kecemasan dan depresi pada remaja. Mereka merasa harus selalu sempurna di mata orang tua dan khawatir jika gagal memenuhi harapan tersebut. Stres yang berkepanjangan ini dapat berdampak buruk pada kesehatan mental mereka.
Kurangnya Kemampuan Bersosialisasi
Remaja yang dibesarkan dalam lingkungan yang sangat dikontrol mungkin mengalami kesulitan dalam berinteraksi sosial. Mereka kurang terbiasa mengambil inisiatif atau bergaul dengan orang lain, karena selalu diatur oleh orang tua. Hal ini dapat mempengaruhi kemampuan mereka dalam membangun hubungan yang sehat dengan teman sebaya.
BACA JUGA: 5 Prinsip Pola Asuh Anak Menurut Rasulullah yang Harus Diterapkan Orang Tua
Bagaimana Mengatasi Kedisiplinan yang Berlebihan
Penting bagi orang tua untuk menyadari bahwa remaja juga membutuhkan ruang untuk berkembang dan belajar dari kesalahan. Berikut beberapa langkah yang bisa diambil:
Komunikasi Terbuka
Alih-alih menerapkan aturan tanpa diskusi, cobalah untuk membuka komunikasi dua arah. Berikan anak kesempatan untuk mengutarakan pendapat dan alasan di balik aturan yang diterapkan.
Berikan Kebebasan Bertanggung Jawab
Memberikan sedikit kebebasan kepada anak, seperti memilih kegiatan ekstrakurikuler atau menentukan jadwal belajar, bisa membuat mereka merasa lebih dipercaya dan dihargai.
Fokus pada Pendidikan Emosional
Penting bagi orang tua untuk mendidik anak tentang cara mengelola emosi dan membuat keputusan yang baik. Daripada sekadar menghukum ketika mereka salah, ajari mereka cara menghadapi kegagalan dan belajar dari kesalahan.
Dampak strict parents pada remaja bisa menjadi negatif jika kedisiplinan diterapkan secara berlebihan. Orang tua perlu memahami bahwa remaja membutuhkan kebebasan untuk mengembangkan diri. Dengan komunikasi yang baik dan pendekatan yang seimbang, orang tua bisa mendidik anak menjadi pribadi yang disiplin tanpa mengorbankan kebebasan dan kesehatan mental mereka.
Dengan memahami dampak dari pengasuhan ketat, kita dapat menciptakan lingkungan yang lebih positif bagi perkembangan remaja. Penelitian menunjukkan bahwa pendekatan yang lebih terbuka dan empatik dalam pengasuhan dapat menghasilkan hasil yang jauh lebih baik bagi kesehatan mental dan emosional anak-anak kita.